Tak perlu jadi pakar keuangan atau akuntan dulu untuk bisa mengelola uang. Anda pun bisa. Bahkan lebih oke!
Berpenghasilan sendiri atau tidak, sejumlah uang yang Anda terima setiap bulan harus dikelola dengan bijak. Sikap bijak seperti apa yang tepat?
Tujuh kiat berikut membantu Anda mengelola keuangan keluarga lebih cermat.
Aktif dalam setiap keputusan keuangan keluarga
Sebagian besar perempuan bertanggung jawab atas keuangan rumah tangganya. Sayang, kebanyakan mereka justru bukan pengambil keputusan dalam memilih jenis investasi, dana hari tua, dan memilih asuransi. Para ibu sesungguhnya dapat berperan aktif dalam setiap keputusan berkaitan dengan keuangan keluarga. Kalaupun para ibu tetap bukan pengambil keputusan, mereka dapat mengkomunikasikan jalan keluar untuk setiap masalah keuangan dengan pasangan. Ibu dapat mengajukan saran atau ide tentang rencana keuangan masa depan yang berkaitan dengan pendidikan anak, asuransi, dana hari tua, atau kebijakan baru tentang tabungan untuk berlibur. Yang penting, ibu tidak pasif.
Cari tahu tentang investasi
Ketakutan perempuan melakukan investasi, dua kali lebih besar dari pria. Demikian hasil survei Charles Schwab Corporation Foundation di San Francisco , Amerika Serikat. Perempuan umumnya kurang percaya diri memilih cara investasi yang menguntungkan. Mempelajari berbagai cara investasi lebih mudah daripada hanya membayangkannya.
Sekarang ini ada berbagai workshop , seminar dan bacaan tentang cara berinvestasi yang mudah dan menguntungkan. Tersedia pula rubrik tanya-jawab tentang investasi di media massa yang dapat ibu manfaatkan. Mempelajari cara-cara investasi tidaklah menyita waktu. Asalkan Anda serius menyimak, pengetahuan soal investasi akan Anda dapatkan.
Menghemat untuk menabung
Untuk mulai menabung, lakukan inventarisasi kebutuhan barang-barang untuk memudahkan pekerjaan. Misalnya, mesin cuci dan mobil sudah Anda miliki, maka mulailah memperhatikan kebutuhan lain yang lebih kecil. Contohnya, tape recorder, televisi atau microwave .Bila semua kebutuhan peralatan penting sudah terpenuhi, Anda dapat mulai menabung.
Menabung dapat dimulai dengan melakukan penghematan di beberapa pos pengeluaran. Mendekorasi ulang rumah, misalnya, tak perlu dilakukan setiap tahun. Dengan begitu anggaran tersebut bisa Anda tabung. Menghemat penggunaan listrik, air, telepon dan internet pun bisa Anda lakukan. Bila Anda dapat menghemat sebesar Rp. 50.000,- setiap bulan dan ditabung, dalam satu tahun Anda memperoleh Rp. 600.000,- Duapuluh tahun kemudian, jumlahnya tidaklah sedikit. Cobalah menabung mulai sekarang!
Memikirkan biaya hidup hari tua
Kini tingginya harapan hidup memungkinkan manusia hidup hingga usia lanjut. Bila saat ini Anda berusia 25 tahun, Anda punya usia produktif berpenghasilan selama 25 tahun. Setelah pensiun, dari mana biaya hidup Anda peroleh? Tentu Anda tak ingin mengalami kesulitan keuangan di masa tua. Anda tidak dianjurkan menggunakan dana pendidikan yang Anda alokasikan untuk anak menjadi biaya hidup Anda di hari tua.
Bila Anda punya pekerjaan tetap yang memberi dana pensiun, mulailah menghitung besarnya dana pensiun yang akan Anda peroleh kelak. Bila yang Anda peroleh tidak mencukupi kebutuhan Anda, mulailah menyisihkan dana untuk hari tua.
Hindari berhutang
Tidak sedikit keluarga membayar pengeluaran yang cukup besar menggunakan kartu kredit. Sayangnya, kebanyakan orang senang mengandalkan kartu kredit untuk membeli apa saja, termasuk hal-hal kecil yang tak pernah Anda rencanakan. Misalnya, membeli kado ulang tahun teman. Akibatnya, keinginan membeli sesuatu menggunakan kartu kredit seringkali lepas kendali. ‘Kejutan’ tak menyenangkan Anda dapati saat membayar tagihan yang, bisa saja, besarnya melebihi saldo rekening Anda. Sebisa mungkin hindari berhutang.
Pastikan penggunaan kartu kredit hanya untuk hal-hal yang sudah ada dana yang Anda alokasikan. Misalnya, membayar perawatan rumah sakit atau membayar biaya menginap di hotel saat berlibur.
Rencanakan dengan teliti setiap keputusan untuk membeli sesuatu, dan kendalikan penggunaan kartu kredit Anda. Mengendalikan penggunaan kartu kredit dapat dilakukan dengan cara tidak mengubah keinginan menjadi kebutuhan. Dengan begitu Anda tak perlu tiba-tiba merasa perlu belanja.
Jangan lupa asuransi
Berpikir soal asuransi jiwa memang bukan perkara mudah. Saat memikirkan asuransi ini, bisa jadi Anda merasa membicarakan kematian Anda dan pasangan. Selain itu, Anda mungkin juga berpikir soal untung-rugi punya asuransi, karena ada kemungkinan hilangnya sejumlah uang yang Anda setor bila hingga jatuh tempo, Anda atau pasangan belum meninggal.
Terlepas dari soal itu, tak ada salahnya Anda memikirkan asuransi jiwa, terutama bila Anda punya keturunan. Bicarakan dengan pasangan, asuransi apa yang ingin Anda dan pasangan miliki. Berapa besarnya pertanggungan tentu sangat tergantung pada besarnya penghasilan setelah dikurangi berbagai kebutuhan.
Melibatkan anak bicara soal uang
Membicarakan masalah keuangan dengan anak bukan hal tabu. Anak-anak usia 5 atau 6 hingga 8 tahun sudah bisa diajak bicara soal uang. Di usia ini mereka sangat berminat terhadap uang karena merasa sudah besar. Mengajak anak bicara soal uang bertujuan agar ia paham bahwa uang tidak datang secara tiba-tiba atau tumbuh dari pohon, sehingga anak tak memperlakukan Anda seperti ATM.
Dengan demikian ia tidak sewaktu-waktu minta sesuatu pada Anda, atau mengambil sisa uang belanja sesuka hati. Anda pun dapat menekan pengeluaran yang tidak perlu.Anda dapat mengkomunikasikan berapa besar uang sekolah, berapa besarnya biaya antar-jemput dan uang sakunya selama satu bulan kepada anak. Anda tak perlu pura-pura punya uang yang takkan pernah habis. Malah Anda perlu jujur pada anak bahwa penghasilan Anda dan suami setelah digabung dipergunakan untuk membayar berbagai keperluan.
Mulai usia 6 tahun anak dapat diberi tanggung jawab untuk mengatur pengeluarannya sendiri. Misalnya, beri anak uang saku untuk tiga hari, kemudian minta anak mengelola sendiri uangnya. Kegiatan ini membuat si kecil paham bahwa seberapa pun besarnya uang, harus ia atur penggunaannya (Ayahbunda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar