Mitos vs Fakta Seputar Kehamilan

Beberapa mitos seputar kehamilan dan persalinan ternyata bisa dinalarkan, dan ini dia, faktanya. "Biar proses persalinan lancar, minumlah minyak kelapa," kata nenek kita dulu. Anda mungkin tersenyum simpul mendengarnya. Ya, saluran persalinan dengan saluran pencernaan ‘kan berbeda! Tapi asal tahu saja, jika kebanyakan lemak, perut akan terasa mulas dan kita jadi sering buang air besar. Memang, banyak mitos yang tinggal mitos. Tapi, ada juga "mitos" yang ternyata bisa dinalarkan dan ada faktanya.

Yuk, kita intip beberapa mitos berikut ini.

Mitos:
Morning sickness adalah tanda janin yang Anda kandung sehat.

Fakta:
Menurut Dr. Evan Saunders, spesialis Obstetri dan Ginekologi dari University of Winconsin School of Medicine, Amerika, gangguan mual tersebut disebabkan oleh perubahan kadar hormon yang terjadi pada awal kehamilan. Ini berarti tubuh Anda sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk janin yang sedang tumbuh di dalam rahim. Selain itu, dalam penelitiannya terhadap dua kelompok ibu yang mengalami mual dan tidak mengalami mual, Sunders menemukan kelompok kedua ternyata menunjukkan angka keguguran yang lebih besar dibanding kelompok pertama.

Mitos:
Bentuk perut, lebar atau mancung, dan denyut jantung janin menunjukkan jenis kelaminnya.

Fakta:
Belum ada bukti penelitian yang membenarkan hal itu. Yang jelas, lebar dan mancungnya perut ibu hamil biasanya dipengaruhi oleh posisi bayi, serta kandung kemih. Sementara denyut jantung janin dalam rahim, biasanya antara 110–180 kali per menit dan bervariasi setiap waktu. Jadi, mungkin saja perut si ibu mancung dan denyut jantung janinnya keras, tapi bayi yang dilahirkannya perempuan, sementara pada kehamilan berikutnya dengan "tanda-tanda" yang mirip ternyata bayinya laki-laki.

Mitos:
Penggunaan komputer, microwave, atau pemeriksaan metal detector pada waktu hamil tidak aman untuk pertumbuhan janin.

Fakta:
Penelitian Dr. Saunders menunjukkan, penggunaan komputer dan microwave tidak berbahaya bagi janin. Demikian pula pemeriksaan dengan metal detector di hotel, pusat perbelanjaan atau airport, aman bagi janin.

Mitos :
Jika mengoleskan krim yang tepat, Anda tidak akan mengalami stretch marks (garis-garis di perut atau paha yang terjadi akibat kehamilan).

Fakta:
Sampai sekarang, berbagai krim itu hanya bisa mengurangi garis-garis yang muncul serta mengurangi rasa gatal yang mungkin menyertainya. Sebab, stretch marks itu lebih dipengaruhi oleh faktor gen. Kalau kita memang sudah membawa bibit untuk mengalami stretch marks, ditambah dengan berat badan yang meningkat luar biasa selama hamil, maka krim yang kita oleskan tak berarti banyak. Menghilangkan stretch marks bisa dengan operasi laser (stretch marks laser surgery), yang tindakannya sangat ringan. Namun, tindakan ini belum tentu juga bisa menghilangkan stretch marks, karena tergantung seberapa parah robekan jaringan kulit tersebut.

Mitos:
Jika kehamilan sudah cukup bulan dan Anda ingin segera mengalami proses persalinan, coba saja berhubungan intim dengan suami.

Fakta:
Mitos itu ada benarnya juga. Sebab, hormon prostaglandin yang ada di cairan semen (cairan yang dikeluarkan pria ketika ejakulasi), dapat menimbulkan kontraksi rahim dan melembutkan leher rahim. Dengan demikian, proses persalinan mungkin saja terjadi lebih cepat. Selain itu, orgasme juga bisa memicu timbulnya kontraksi rahim. Tapi, kalau memang belum waktunya melahirkan, berhubungan intim beberapa kali pun tak akan membuat Anda segera melahirkan. Jadi, Anda memang perlu menunggu sampai waktu melahirkan sudah dekat.

Mitos:
Mengonsumsi makanan pedas menyebabkan ibu yang hamil tua jadi cepat melahirkan.

Fakta:
Sebenarnya, ibu hamil tidak punya pantangan makanan tertentu. Tapi, ada makanan yang sebaiknya dihindari, seperti makan yang berasal dari keju yang sangat lembik atau keju dari susu mentah. Makanan-makanan ini dikhawatirkan cepat busuk, sehingga mengandung bakteri yang disebut lysteria. Bakteri inilah yang sering dihubungkan dengan kemungkinan penyebab keguguran atau persalinan dini.

Mitos :
Persalinan normal akan menyebabkan lemahnya fungsi kandung kemih.

Fakta:
Mungkin, ada wanita yang pernah melahirkan dengan proses persalinan normal (melalui vagina) dan kebetulan mengalami kerusakan otot dan jaringan ikat rongga panggul, sehingga menyebabkannya tak bisa menahan keluarnya air kencing. Asal tahu saja, kondisi ini sebenarnya jarang sekali ditemui. Jika Anda takut, lalu merencanakan untuk operasi caesar hanya karena menganggap bahwa operasi lebih aman daripada melahirkan secara normal, maka Anda harus berpikir dua kali. Sebab, operasi caesar merupakan operasi besar yang juga berisiko (termasuk kemungkinan teririsnya kandung kemih ketika dilakukan operasi).

Sebenarnya, untuk menguatkan otot panggul yang menyangga kandung kemih, Anda juga dapat melakukan latihan Kegel. Latihan itu dapat dilakukan ketika hamil dan seminggu setelah Anda melahirkan.

Caranya :
kerutkan otot seputar vagina, lakukan usaha seperti menahan kencing dan tahan sekitar 10 detik, kemudian lepaskan lagi. Lakukan hal ini sepuluh kali setiap hari.

Mitos:
Begitu cairan ketuban pecah, bayi akan segera lahir.

Fakta:
Pada umumnya, setelah air ketuban pecah, masih membutuhkan waktu berjam-jam untuk kontraksi sampai bayi lahir. Namun, dengan pecahnya ketuban, proses persalinan memang harus segera dilaksanakan. Karena, dikhawatirkan bakteri di vagina akan masuk ke rahim dan menyebabkan infeksi pada janin. Lebih baik lagi jika Anda datang ke rumah sakit atau rumah bersalin sebelum ketuban pecah. Dokter atau bidan biasanya akan membantu memecahkan kantung ketuban, agar kepala bayi bisa masuk ke rongga panggul pada saat yang tepat.

Mitos:
Ketika Anda mulai diinduksi (dirangsang agar terjadi kontraksi), tak lama kemudian Anda akan langsung melahirkan.

Fakta:
Setelah diinduksi, mungkin saja kontraksi baru terjadi beberapa jam kemudian. Bahkan, bisa saja tak terjadi kontraksi sama sekali. Asal tahu saja, pada akhir kehamilan, leher rahim biasanya mulai melunak untuk persiapan proses persalinan. Lalu ketika diinduksi, biasanya obat yang diberikan akan melembutkan dan memipihkan jaringan leher rahim, sehingga terjadi kontraksi. Dalam proses induksi semacam itu, dokter biasanya memberikan pitocin, yaitu hormon sintetis. Namun, karena banyak faktor yang dapat menyebabkan proses persalinan berlangsung lancar atau macet, maka induksi pun belum tentu merupakan cara yang pas untuk memacu persalinan. Buktinya, ada juga ibu hamil yang sudah "lewat waktu" persalinannya, setelah diinduksi selama 24 jam ternyata hanya mengalami pembukaan beberapa cm saja. Dalam kondisi yang langka seperti itu, proses persalinan harus berakhir di meja operasi.

Mitos:
Jika susah melahirkan, minum saja rendaman rumput fatimah.

Fakta:
Rumput fatimah yang juga dikenal dengan nama Labisia pumila ini, berdasarkan kajian atas obat-obatan tradisional di Sabah, Malaysia, tahun 1998, dikatakan mengandung hormon oksitosin, yang dapat membantu menimbulkan kontraksi.

Biasanya, rumput fatimah ini direndam dalam air hingga mengembang, kemudian air rendamannya diminum.

Di Malaysia, air rendaman rumput ini juga digunakan oleh para ibu setelah persalinan, untuk membantu pemulihan kontraksi rahim pasca persalinan. Namun, karena obat ini merupakan obat tradisional, maka takarannya pun belum jelas.

Sekarang, mitos mana yang masih menimbulkan tanda tanya bagi Anda? Untuk diingat, sebelum bisa dijelaskan dengan akal sehat, jangan terlalu terpengaruh dengan berbagai mitos yang justru bisa makin membingungkan Anda.

Tidak ada komentar: